Inovasi

INOVASl

PLTU Bangka bekerja sama dengan Yayasan Sayang Babel Kite dan Masyarakat Desa Mapur dalam mencegah kerusakan kawasan konservasi laut dengan menggunakan FABA sebagai bahan utama pembuatan Fish Shelter, Coral Garden, dan Atraktor Cumi. Media-media ini kemudian ditenggelamkan di titik-titik strategis zona pemanfaatan Perairan Tuing untuk membentuk habitat buatan yang mendukung pemulihan populasi ikan, pemijahan cumi-cumi, serta restorasi terumbu karang.



1. Permasalahan Awal

Perairan Tuing di Kabupaten Bangka merupakan kawasan konservasi laut strategis seluas 7.327,5 hektare yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 1 Tahun 2023, dengan zona inti seluas 922,30 hektare dan zona pemanfaatan seluas 6.450,20 hektare. Kawasan ini menyimpan keanekaragaman hayati tinggi mencakup terumbu karang, padang lamun, komunitas ikan karang bernilai ekonomi utamanya spesies cumi-cumi Bangka (Urotheutis L Chinensis). Namun dalam dua dekade terakhir, kawasan ini menghadapi tekanan ekologis serius akibat aktivitas penangkapan ikan tidak ramah lingkungan, indikasi overfishing, sedimentasi, dan perubahan iklim yang menyebabkan kerusakan habitat alami. PLTU Bangka menghasilkan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku konstruksi karena memiliki sifat pozolanik .



2. Asal Usul Ide Perubahan

PLTU Bangka bersama masyarakat lokal Dusun Tuing memanfaatkan sekitar 8 ton FABA (setara 2 truk) untuk membentuk 90 unit Fish Shelter sebagai rumah bagi ikan karang, 30 unit Atraktor Cumi sebagai tempat pemijahan, 5 modul Coral Garden sebagai media transplantasi karang. Seluruh media dirancang modular dan ringan agar dapat diangkut dengan perahu nelayan. Penenggelaman dilakukan pada kedalaman 8–18 meter di lokasi strategis yang bebas dari jalur pelayaran dan terumbu alami. Kegiatan dilakukan melalui pendekatan gotong royong. Nelayan lokal dan warga sekitar pesisir dilibatkan mulai dari pembuatan cetakan, penyusunan struktur, hingga penyelaman monitoring. Konservasi ini menjadi bukan sekadar program, namun gerakan kolektif yang menghidupkan laut dan masyarakatnya. Harapan kedepannya masyarakat di sekitar pesisir mendapatkan ekonomi sirkular dari pengembangan wilayah konservasi baik dari hasil lautnya maupun perkembangan ke wisata bahari.



3. Perubahan yang dilakukan dari sistem lama

PT PLN Nusantara Power Services PLTU Bangka melakukan inovasi program Konservasi Perairan dengan Fish Shelter, Coral Garden, dan Atraktor Cumi Berbasis FABA yang mencampurkan Fly Ash dan Bottom Ash dengan ditambahkan struktur agar memperkokoh bentuk dari fish shelter, coral garden, dan atraktor cumi. Sebelumnya, pengelolaan Fly Ash dan Bottom Ash dilakukan oleh vendor. Inovasi ini pertama kali diimplementasikan di Indonesia pada Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau Menurut Best Practice 2018-2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan belum pernah diimplementasikan di sektor pada Sektor Pembangkit Listrik Tenaga Uap.



a. Perubahan Sistem dari Program Inovasi

Program Konservasi Perairan dengan Fish Shelter, Coral Garden, dan Atraktor Cumi Berbasis FABA (Koral Scuba) berdampak pada perubahan komponen dimana terdapat metode pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash yang sebelumnya dilakukan pembayaran kepada vendor untuk pengelolaannya, sekarang menjadi lebih bernilai dan dapat diterapkan ke seluruh unit. Adapun kondisi perubahannya sebagai berikut:
i. Kondisi sebelum adanya program: proses pengelolaan Fly Ash & Bottom Ash sebelum adanya program adalah dengan pengelolaan melalui vendor dengan biaya pengelolaan sebesar Rp. 705.595 / Ton Fly Ash dan Bottom Ash yang akan diolah.

ii. Kondisi setelah adanya program: Dengan adanya izin pada Dokumen Rincian Teknis Pemanfaatan Limbah Non B3 Terdaftar (FABA) dan Persetujuan Lingkungan Nomor SK.115/MENLHK/SETJEN/PLA.4/2/2023 PLTU 3 Babel, maka Fly Ash dan Bottom Ash dapat digunakan sebagai bahan baku pengganti konstruksi. Bahan baku tersebut juga dapat digunakan oleh para UMKM dan warga masyarakat desa setempat serta dapat memberikan keuntungan secara finansial kepada masyarakat.

iii. Pada implementasi program, Konservasi Perairan dengan Fish Shelter, Coral Garden, dan Atraktor Cumi Berbasis FABA (Koral Scuba) juga dilakukan industrial symbiosis melalui kerjasama dengan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) dalam pembuatan Fish Shelter, Coral Garden, dan Atraktor Cumi yang turut meningkatkan ekonomi kemasyarakatan di daerah tersebut.



b. Dampak Lingkungan dari Program Inovasi

Dampak lingkungan yang dihasilkan adalah adanya pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash sebagai bahan baku konstruksi yang berfungsi sebagai dan berpengaruh terhadap peningkatan indeks keanekaragaman hayati sebesar 2,75. Perhitungan nilai absolut dan penghematan anggaran program inovasi adalah sebagai berikut:

i. Perhitungan hasil absolut Indeks keanekaragaman hayati dihitung menggunakan indeks “Shannon-Wiener”, yaitu dengan menggunakan rumus:

H’= - Σpi ln pi
Dimana :

pi = ni/N
H’ = Indeks Shannon-Wiener
Ni = Jumlah individu spesies i
N = Jumlah total individu
Berikut kriteria dari nilai Indeks Shannon – Wiener:
H' < 1 : Keanekaragaman rendah;
1 < H' < 3 : Keanekaragaman sedang;
H' > 3 : Keanekaragaman tinggi.
tabel 1

Tabel 1. Natural Recruit Fish Shelter


grafik ikan

Gambar 1. Kurva Indeks Keanekaragaman Hayati KORAL SCUBA


gambar 2

Gambar 2. Pembahasan penandatanganan MoU antara DKP, PLTU dan Yayasan


gambar 4

Gambar 3. Perjanjian Kerjasama dengan Lembaga di Bangka dalam pengelolaan Konservasi


gambar 5

Gambar 4. Dokumentasi Pembuatan media Atraktor Cumi, Fish Shelter, dan Coral Garden


gambar 6

Gambar 5. Mobilisasi media konservasi menuju titik penenggelaman


gambar 90

Gambar 6. Penenggelaman dan penataan media konservasi


last

Gambar 7. Monitoring berkala dan perawatan pada media konservasi